Oleh : Agus setia budi, Mahasiswa
prodi Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang
Dalam dunia kerja suatu Perusahaan terus mencari prospek
kerja dan mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi karena tanpa tenaga
kerja yang berbakat dan termotivasi, perusahaan akan kesulitan mencapai keberhasilan.
Sebagaimana
ditunjukkan oleh Departemen Statistik Malaysia, angkatan kerja generasi Y saat
ini telah mencapai
lebih dari 50% dari total tenaga kerja, dimana persentase atau setengahnya dari
tenaga kerja agregat. Pada tahun 2025, Gen Y akan membentuk 75% dari tenaga
kerja global dan pemikiran milenial, serta pola pikir wirausaha akan mengubah
segalanya tentang cara perusahaan dijalankan. Gen Y saat ini membentuk pintu
masuk pekerjaan baru terbesar ke pasar tenaga kerja tetapi ternyata sulit
mempertahankan untuk bisa
bertahan menetap bekerja disuatu perusahaan dan fenomena ini telah
menciptakan frustrasi bagi pengusaha dalam mempertahankan dan merekrut pekerja
yang berbakat dan berkualifikasi tinggi.
Selain itu, masalah
retensi karyawan muncul sebagai tantangan manajemen sumber daya manusia yang paling kritis
terhadap pasokan tenaga kerja di masa depan, sehingga pengusaha terus mencari pendekatan yang lebih baik
untuk merekrut dan mempertahankan karyawan muda daripada menawarkan gaji tinggi
dan manfaat dalam hal moneter. Yang
mengejutkan adalah gaji tinggi
tidak menjanjikan dan menjamin bahwa karyawan akan bertahan lama. Meskipun
kompensasi adalah motivator utama dan instrumen motivasi Gen Y untuk melakukan
pekerjaan. Namun, manfaat moneter dalam hal kompensasi saja hanya mampu menarik
karyawan pada tahap awal yang merupakan tahap menarik dan memotivasi, tetapi tidak dapat mempertahankan
karyawan. Pada titik tertentu, uang tidak dapat membeli loyalitas Gen Y karena
pada periode tertentu mereka akan memiliki niat untuk meninggalkan perusahaan.
Dengan demikian Perusahaan
saat ini perlu lebih kreatif dalam menangani masalah retensi Gen Y.
Karena itu, penting bagi organisasi dan
pemimpin saat ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang alasan di balik mengapa
karyawan muda mengundurkan diri. Alasannya mungkin pekerjaan yang lebih menarik
atau perubahan dalam pembentukan kembali gaya hidup, dalam hal ini mungkin di
luar kendali pimpinan untuk
mempertahankan karyawan tersebut. Selain itu, juga banyak karyawan meninggalkan
pekerjaan mereka karena tidak puas dengan situasi saat ini yang menyebabkan
mereka mengundurkan diri.
Dalam kondisi yang seperti ini, sangat penting bagi para manajer untuk memahami kunci dalam mempertahankan Gen Y sehingga dapat memastikan kelangsungan pasokan tenaga kerja Gen Y di masa depan. Maka dari itu diperlukan suatu panduan dan informasi yang akan memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan karyawan Gen Y yang terampil. Panduan dan informasi tersebut diharapkan juga dapat mengatasi tingginya niat karyawan untuk berhenti bekerja. Dengan demikian, diyakini bahwa pemahaman yang tepat tentang kebutuhan Gen Y dapat membantu manajer dalam mempertahankan karyawan dengan menerapkan strategi retensi khusus yang juga akan bermanfaat bagi manajemen dalam hal pengambilan keputusan untuk mengurangi biaya turnover.
** Artikel ini kiriman pembaca, apabila ada pihak yang dirugikan dengan tulisan ini, itu bukan tanggungjawab Redaksi Warta - Kota Delta

