Sidoarjo – Warga Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, menggelar tradisi Sedekah Bumi dengan penuh khidmat dan kemeriahan pada Sabtu malam (15/2). Acara tahunan ini semakin istimewa dengan pertunjukan wayang kulit oleh Ki Dalang Suparno dari Kedamean, Gresik, yang membawakan lakon "Wisudane Satrio Pringgodani."
Lakon ini mengisahkan perjalanan hidup Gatotkaca, putra Dewi Arimbi dan Werkudara, yang dikenal sebagai ksatria sakti mandraguna. Namun, kehidupannya tidaklah mudah. Ia harus menghadapi berbagai rintangan dan konspirasi musuh yang berusaha menyingkirkannya. Pesan moral dari kisah ini menekankan bahwa kemarahan dan balas dendam bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan masalah.
Kisah wayang tersebut juga menjadi cerminan perjalanan kepemimpinan Kepala Desa Kemangsen, Abdul Rouf. Dalam wawancara dengan wartawan, Abah Rouf—sapaan akrabnya—mengungkapkan bahwa menjadi pemimpin bukanlah perkara mudah.
"Kita santai saja, kita sikapi dengan kepala dingin. Meski ada warga yang kurang cocok dengan kita, itu hal yang wajar. Yang penting, kita tetap mengutamakan pelayanan terbaik bagi masyarakat," ujar Abah Rouf.
Ia juga menegaskan bahwa Sedekah Bumi bukan sekadar acara tahunan, melainkan bagian dari tradisi sakral yang diwariskan oleh para leluhur.
"Kegiatan ini adalah ruwatan untuk menghormati sesepuh desa yang telah mendahului kita. Selain itu, kami berharap acara ini bisa mempererat tali persaudaraan antarwarga, mulai dari tingkat RT, RW, hingga seluruh elemen masyarakat," tambahnya.
Abah Rouf berharap, dengan adanya Sedekah Bumi ini, warga Kemangsen semakin guyup rukun, hidup dalam kesejahteraan, ketenteraman, serta kemakmuran.
Acara ini disambut antusias oleh warga yang hadir, menjadikannya bukan sekadar tradisi, tetapi juga momentum kebersamaan yang mempererat persaudaraan di tengah masyarakat.