![]() |
pengajian umum yang menghadirkan penceramah kondang, Gus Muwafiq |
Sidoarjo – Pemerintah Desa (Pemdes) Banjar Kemuning, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, menggelar serangkaian acara dalam rangka Hajatan Desa pada Minggu (23/02/2025). Rangkaian acara tersebut meliputi Khotmil Qur’an, pagelaran wayang kulit, serta pengajian umum yang menghadirkan penceramah kondang, Gus Muwafiq. Acara ini berlangsung di halaman Masjid Sabiqhul Khoirot, Banjar Kemuning.
Turut hadir dalam acara tersebut jajaran Forkopimka, Bhabinkamtibmas Polsek Sedati, Babinsa Koramil Sedati, serta ratusan warga Banjar Kemuning yang turut memeriahkan acara ruwatan desa ini.
Kepala Desa Banjar Kemuning, H. Moch Zaenul Abidin, SH, menyampaikan bahwa malam hari menjadi puncak acara ruwah desa dengan digelarnya pengajian umum oleh Gus Muwafiq.
"Dengan adanya pengajian umum ini, diharapkan masyarakat Banjar Kemuning semakin bertambah keimanannya serta menjalin silaturahmi fi dunia wal akhirat," ujarnya.
Zaenul juga menjelaskan bahwa tujuan dari acara ruwat desa ini adalah untuk melestarikan budaya nenek moyang serta menghargai para sesepuh yang telah membabat alas hingga terbentuknya Desa Banjar Kemuning.
Sementara itu, Ketua Panitia Ruwat Desa, H. Abdul Halim, menambahkan bahwa tradisi ini telah berlangsung sejak awal berdirinya desa dan selalu digelar setiap tahun.
"Ruwat desa ini sebagai bentuk syukur atas anugerah yang melimpah sekaligus untuk melanjutkan tradisi yang sudah ada," jelas Abdul Halim.
Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq menjelaskan makna dari nama Banjar Kemuning. Menurutnya, "Banjar" berarti desa, sementara "Kemuning" merupakan nama bunga. Ia juga menghimbau masyarakat untuk selalu mengirimkan doa bagi para leluhur yang telah membuka lahan Desa Banjar Kemuning.
Selain itu, Gus Muwafiq juga mengulas sejarah Mekkah dan Madinah serta menekankan pentingnya tidak melupakan danyang, yang dalam bahasa Jawa berarti penjaga spiritual suatu tempat, yang rumahnya disebut sebagai "punden".
"Hidup harus saling melengkapi, artinya roda kehidupan tetap berputar. Merawat budaya adalah kunci menjaga kerukunan, dengan tetap berpegang pada asas Bhinneka Tunggal Ika," pungkasnya.